DAMPAK SOSIALISASI MASYARAKAT BAGI PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK

0

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyusun makalah dengan judul DAMPAK SOSIALISASI MASYARAKAT BAGI PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK.

Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dengan harapan bisa meningkatkan krativitas, sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, arahan, koreksi dan saran, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin

 

Terima kasih.

Depok,13 November 2012
Penyusun
Eggy Herdiana Pratama

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
1.2       Rumusan Masalah
1.3       Tujuan Penulisan

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Sosialisasi
2.2       Tipe Sosialisasi
2.3       Dampak Sosialisasi Masyarakat bagi Perkembangan Pendidikan Anak

 

BAB III PENUTUP

3.1       Kesimpulan

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

  

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang

Pada era globalisasi ini perkembangan pendidikan anak sangat pesat.
Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan  faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat dengan tingkat pendidikan. Perkembangan pendidikan sangat mempengaruhi sosialisasi di masyarakat. Jika seorang anak telah melangkahkan kakinya keluar dari rumah, maka saat itu merupakan pertama kalinya anak tersebut mengenal dunia luar, dunia yang penuh dengan berbagai macam karakter orang orang yang akan dijumpainya.

Selanjutnya anak tersebut pasti akan memasuki dunia pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dan  pembentukan karakternya. Sekolah dan  masyarakat termasuk agen sosialisasi yang juga berperan penting dalam membentuk pola pikir seorang anak.

 

1.2              Rumusan Masalah

  • Pengertian sosialisasi
  • Tipe-tipe sosialisasi
  • Dampak sosialisasi masyarakat dalam  perkembangan pendidikan anak

 

1.3              Tujuan Penulisan

  • Menjelaskan pengertian sosialisasi
  •       Menjelaskan dampak sosialisasi masyarakat bagi perkembangan pendidikan anak

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1       Pengertian Sosialisasi

            Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :
1.    Charlotte Buhler  : Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2.      Peter Berger  : Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3.      Paul B. Horton  : Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4.      Soerjono Soekanto : Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
2.2       Tipe-tipe Sosialisasi

            Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar ‘apakah seseorang itu baik atau tidak’ di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut :
Ø  Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

Ø  Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Dari kedua tipe sosialisasi tersebut, formal dan informal, kita lebih banyak mendapatkan tipe sosialisasi informal dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sosialisasi formal, seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity).

Sedangkan informal, banyak bisa kita dapatkan dalam sosialisasi ini.Seperti Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

Dan contoh berikutnya yaitu media masa. Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

 

2.3        Dampak Sosialisasi  Masyarakat bagi Perkembangan Pendidikan Anak

      Dengan adanya sosialisasi masyarakat, maka hal tersebut dapat membantu anak untuk lebih mengenal dunia luar dengan menilai estetika,etika dan segala macam hal yang ada di masyarakat. Sosialisasi masyarakat memberikan berbagai pelajaran dan pengalaman bagi seorang anak.Anak akan belajar segala hal dari orang-orang yang ditemuinya ketika bersosialisasi dengan masyarakat. Hal tersebut juga secara tidak langsung akan membantu membentuk kepribadian seorang anak, baik itu dalam hal positif maupun negatif. Jika anak tersebut bersosialisasi dengan kelompok masyarakat yang sangat acuh terhadap dunia pendidikan maka perlahan akan terbentuk sikap acuh dan rasa mals dalam dirinya. Akan tetapi itu tergantung kepada anak tersebut, jika ia mampu menyaring semua hal yang ia temuakan ketika berinteraksi dengan  masyarakat sekitar, maka anak tersebut aan memiliki kpribadia sesuai dengan apa yang ia anggap sesuai dengan yang ia yakini. Anak dalam perkembangannya membutuhkan asupan berupa pengetahuan, terkadang sesuatu yang diajarkan disekolah tidak selalu membuat mereka puas. Bahkan, sebenarnya masih banyak diluar sana hal yang tidak mereka ketahui, jika hal tersebut sangat pnting bagi perkembangan pendidikan, maka hal tersebut dapat di jadikan pembelajaran. Hal tersebut hanya bisa diperoleh dengan berinteraksi dengan dunia luar, yaitu masyarakat.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1       Kesimpulan

Sosialisasi telah sering kita lakukan dengan masyarakat sekitar kita. Banyak sekali hal-hal yang tidak kita tahu namun saat bersosialisasi, kita akan mengetahui beberapa pengetahuan dan wawasan yang akan kita dapat. Banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi cara sosialisasi kita yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Bagaimana kita bersosialisasi di keluarga itu adalah tugas orang tua mendidik anaknya agar bersosialisasi dengan baik. Jika di sekolah kita bersosialisasi dengan teman dan guru. Sedangkan dimasyarakat kita bersosialisasi dengan berbagai macam masyarakat dan cara bersosialisasi kita harus menyenangkan juga tidak menyinggung perasaan mereka.

Kita sebagai manusia sangat membutuhkan sosialisasi yang baik karena dengan sosialisasi kita dapat menjadi masyarakat yang baik. Manusia itu tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan orang lain. Dalam konteks fisik, proses sosialisasi harus dapat membekali manusia dengan kemampuan-kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis dasar yang diperlukan untuk terus hidup dalam lingkungan fisik mereka.

Dalam konteks sosial budaya dan pendidikan, proses sosialisasi harus dapat membantu manusia dengan pemahaman dan pembelajaran tentang sistem norma dan peran yang dikembangkan dalam masyarakat.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://dwi-handayani.blogspot.com/2012/06/pengaruh-lingkungan-terhadap_14.html

http://www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-sosialisasi.html

http://www.uns.ac.id/data/sp4.pdf

http://makalahcenter.blogspot.com/2011/02/sosialisasi-dan-pembentukan-kepribadian.html

http://anakpohon.wordpress.com/2011/11/28/mid-semester-sosiologi-pendidikan/

http://assabbab.wordpress.com/2011/04/16/sosialisasi-anak-didik/

http://allexcip.wordpress.com/2012/10/20/dampak-sosialisasi/

 

STRATEGI MENGAJAR UNTUK MEMOTIVASI ANAK DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN

0

KATA PENGANTAR

 

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyusun makalah dengan judul STRATEGI MENGAJAR UNTUK MEMOTIVASI ANAK DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dengan harapan bisa meningkatkan krativitas, sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, arahan, koreksi dan saran, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin

 

Terima kasih.

Depok,13 November 2012
Penyusun
Eggy Herdiana Pratama

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1                      Latar Belakang

Seiring dengan pergeseran makna pembelajaran, dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan kreator.

Salah satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan “enjoy”.

Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.

 

1.2           Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang yang telah saya uraikan maka masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut :

  • Karakteristik Belajar Anak
  • Metode/Strategi untuk Memotivasi Belajar Anak

1.3           Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

  • Mengetahui cara memberikan Motivasi Belajar kepada anak
  • Untuk Memenuhi tugas Mata Kulias Ilmu Sosial Dasar (SoftSkill)
  • Lebih mengetahui Karakteristik Belajar anak

1.4           Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

1.2  Rumusan Masalah

1.3  Tujuan Penulisan

1.4  Sistematika Penulisan

BAB II ISI

2.1 Karakteristik Belajar Anak

2.1.1 Pertumbuhan Fisik atau Jasmani

2.1.2 Perkembangan Intelektual dan Emosional

2.2.3 Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap

2.2 Metode/Strategi untuk Memotivasi Belajar Anak

2.2.1 Metode Pembelajaran Kelompok

2.2.2 Metode Pembelajaran Berdasarkan Minat

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

 

BAB II

ISI

 

2.1    Karakteristik Belajar Anak

Di usia balita, gaya belajar anak akan berkembang dan ketiganya digunakan bersama-sama. Di usia sekolah, salah satu gaya belajar anak akan lebih menonjol atau dominan. Anda tak perlu menunggu hingga anak masuk usia sekolah untuk mengenali gaya belajarnya. Ada beberapa karakteristik modalitas belajar yang dapat Anda jadikan panduan.

Setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:

  • Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
  • Mulai berpikir secara operasional,
  • Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,
  • Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
  • Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

 

            2.1.1 Pertumbuhan Fisik atau Jasmani

Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik atau jasmani anak, antara lain adalah :

  • Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
  • Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
  • Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.

 

            2.1.2 Perkembangan Intelektual dan Emosional

Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.

Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.

Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.

Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.

 

2.2.3 Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap

Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.

Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.

Fungsi hadiah bagi anak, antara lain adalah memiliki nilai pendidikan, memberikan motivasi kepada anak, memperkuat perilaku dan memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.

Selain hadiah yang di berikan ada kalanya orang tua memberikan hukuman kepada anak apabila seorang anak melakukan kesalahan, Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah fungsi restruktif, fungsi pendidikan atau sebagai penguat motivasi.

Syarat pemberian hukuman adalah konsisten, konstruktif, impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, harus disertai alasan, sebagai alat kontrol diri, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

 

2.2    Metode/Strategi untuk Memotivasi Belajar Anak

Metode atau Strategi pembelajaran adalah pola yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu anak mencapai hasil belajar tertentu. Komponen metode pembelajaran terdiri dari: identitas, kompetensi

yang akan dicapai, langkah-langkah, alat atau sumber belajar serta evaluasi. Model pembelajaran pada anak usia dini terdiri dari dua jenis, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada anak. Model pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari model pembelajaran kelompok dan model pembelajaran berdasarkan minat.

2.2.1 Metode Pembelajaran Kelompok

Metode Pembelajaran Kelompok atau Cooperatif Learning merupakan pembelajaran yang berupaya membantu anak didik untuk mempelajari materi belajar dan berbagai keterampilan guna mencapai sasaran serta tujuan sosial dan hubungan dengan orang lain.

Landasan teoritis dari metode pembelajaran kelompok adalah mengacu pada teori John Dewey yang menyatakan bahwa kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih luas dan menjadi laboratorium bagi pembelajaran kehidupan nyata. Menurur Dewey, guru seharusnya menciptakan lingkungan belajar yang demokratis diserta proses belajar yang ilmiah. Tanggung jawab utama guru adalah melibatkan peserta didik dalam penyelidikan (inquiry) tentang berbagai masalah sosial dan interpersonal.

Prinsip dasar dalam pembelajaran kelompok adalah peserta didik bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar, anggota dalam kelompok tersebut terdiri atas siswa yang mempunyai kemampuan belajar rendah, sedang dan tinggi, jika memungkinkan, anggota kelompok tersebut terdiri dari campuran ras, budaya dan jenis kelamin, sistem rewardnya berorientasi pada kelompok. Prinsip berikutnya, dalam pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok dapat bertukar tempat ke kelompok lain dengan catatan dalam kelompok yang dipilih ada tempat yang kosong.

Manfaat pembelajaran kelompok, antara lain memotivasi peserta didik yang kemampuan belajarnya rendah dan tinggi untuk saling membantu, menumbuhkan toleransi yang tinggi terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, bahkan anak yang berkebutuhan khusus. Manfaat pembelajaran kelompok berikutnya adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi kepada anak didik.

Tahap atau langkah dalam pembelajaran kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan membangkitkan motivasi belajar.
  • Tahap selanjutnya adalah presentasi informasi dalam bentuk teks atau ceramah.
  • Peserta didik diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.
  • Peserta didik dibantu guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas.
  • Anak tidak diharuskan menyelesaikan tugas semua kelompok, namun anak dapat berpindah kegiatan ke kelompok lain apabila ada tempat kosong di kelompok tersebut.
  • Presentasi hasil akhir kelompok atau menguji segala yang telah dipelajari siswa.
  • Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu

 

            2.2.2 Metode Pembelajaran Berdasarkan Minat

Model pembelajaran berdasarkan minat adalah model pembelajaran yangmemberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatansendiri sesuai dengan minatnya.Pembelajaran berdasarkan minat dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanspesifik anak.

Model pembelajaran berdasarkan minat adalah model pembelajaran yangmemberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatansendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran berdasarkan minat dirancang untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak.

Prinsipnya, dalam metode pembelajaran berdasarkan minat mengutamakan, pengalaman belajar bagi setiap anak secara individual, membantu anak untuk membuat pilihan-pilihan melalui kegiatan dan pusatpusat kegiatan melibatkan peran serta keluarga. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan minat dapat menggunakan beberapa area antara lain: area agama, balok, bahasa, drama, berhitung/matematika, sains, seni/motorik, musik, membaca dan menulis. Dalam satu hari dapat dibuka satu area bermain dengan 4-5 kegiatan bermain.

Tahap atau langkah pembelajaran berdasarkan minat:

  • Guru memberikan penjelasan kegiatan-kegiatan di dalam area yang diprogramkan beserta jumlah anak yang boleh bermain di area tersebut, misalnya alam terdiri dari kegiatan bermain pasir, bermain air berwarna, bermain mengocok air sabun, bermain bercocok tanam. Guru menyiapkan entri tiketsebanyak jumlah anak sesuai daya tampung sentra, misalnya area alam ini hanya menampung 6 anak,  maka guru hanya menyiapkan 6 tiket sebagai tanda masuk. Anak yang sudah menyelesaikan kegiatan di area alam dapat berpindah area dengan mengembalikan tiket di pintu masuk area agar dapat digunakan anak selanjutnya.
  • Guru membagi jumlah anak di setiap kegiatan bermain. Pembagian bertujuan agar seluruh anak mengalami pengalaman main yang direncanakan hari itu.
  • Guru memberikan kesempatan anak untuk bebas memilih kegiatan sesuai dengan minatnya. Pilihan yang diberikan tidak jauh dari area yang telah disiapkan agar pembelajaran lebih terarah.
  • Anak dapat berpindah kegiatan sesuai dengan minatnya jika ada tempat kosong di kegiatan tersebut.
  • Guru mencatat setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik sebagai proses pemantauan tumbuh kembang anak.
  • Apabila ada peserta didik yang tidak mau melakukan kegiatan di semua kegiatan yang diprogramkan, maka guru dapat memotivasi anak agar mau mencoba bermain bersama temannya.
  • Guru melakukan evaluasi pembelajaran bersama peserta didik.
  • Guru memberikan pengakuan dan penguatan terhadap usaha yang telah dilakukan anak.

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa cara memotivasi anak untuk belajar banyak caranya, yang pertama kita harus tau dulu karakteristik belajar si anak tersebut untuk mengetahui metode atau strategi apa yang kita gunakan untuk dapat memotivasi si anak untuk rajin belajar, sebagai contoh kita dapat bemberikan hadiah sebagai reward kepada anak yang mendapatkan nilai yang baik, agar mereka lebih termotivasi dalam belajar, akan tetapi pada saat anak itu melakukan kesalahan kita juga harus memberikan mereka hukuman sesuai perbuatan mereka, hukuman tersebut berfungsi untuk pendidikan atau sebagai penguat dari motivasi kepada anak.

 

3.2    Saran

          Saran dari penulis dalam pembahasan kali ini adalah kita sebagai orang tua harus mengerti Karaktertistik belajar dan Metode atau Strategi belajar anak atau adik-adik kita, agar pada saat kita ingin memberikan motivasi belajar kepada mereka tidak salah langkah yang berakibat anak atau adik kita malah merasa tidah nyaman atau bosen dengan cara belajar yang kita berikan. Sekian dari tulisan ini, semoga dapat bermanfaan untuk orang banyak, maaf apabila ada kata-kata yang salah.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Hayati Nur. 2007 : STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
  2. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/karakteristik.gaya.belajar.anak/001/007/1093/3
  3. http://irfadfaiq.blogspot.com/2012/04/karakteristik-belajar-anak.html

 

KUALITAS LULUSAN PENDIDIKAN KESETARAAN (SEKOLAH PAKET) UNTUK MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA

0

KATA PENGANTAR

 

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyusun makalah dengan judul Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan (sekolah Paket) untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia.

Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dengan harapan bisa meningkatkan krativitas, sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, arahan, koreksi dan saran, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin

 

Terima kasih.

Depok,13 November 2012
 

Penyusun
Eggy Herdiana Pratama

 

 

 

DAFTAR ISI

 

BAB I PENDAHULUAN
1.2       Latar Belakang
1.3       Rumusan Masalah
1.4       Tujuan Penulisan

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Pendidikan Kesetaraan

2.2       Landasan Hukum dan Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan

2.3       Standar Kompetensi

2.4       Sasaran Pendidikan Kesetaraan

2.4.1    Karakteristik Sasaran Pendidikan Kesetaraan

2.5       Tempat Belajar dan Kualifikasi Akademik Pendidikan Kesetaraan

2.6       Macam-macam Pendidikan Kesetaraan

2.7       Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan Untuk Meningkatkan Sumber Daya
Manusia

 

BAB III PENUTUP

3.1       Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG

Rendahnya persentasi daya serap angkatan kerja bukan semata-mata karena sempitnya lapangan kerja. Faktanya, kualifikasi lembaga pencari tenaga kerja tidak terpenuhi oleh pencari kerja. Informasi ini memberikan petunjuk bahwa masyarakat memerlukan pendidikan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha/ industri. Tujuannya agar jadi bekal untuk memasuki lapangan kerja atau usaha mandiri.

Pendidikan nonformal, telah berupaya menyelenggarakan pendidikan dengan program peningkatan pendapatan melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup Program Paket A, Paket B, dan Paket C. Program ini terutama ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang tidak sekolah, putus sekolah, dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidupnya, serta masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari peningkatan taraf hidup dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan kesetaraan berfungsi untuk menguatkan (reinforcement) kreativitas dan produktivitas yang telah menyatu dan berkembang pada diri peserta didik melalui pembelajaran kecakapan hidup. Pendidikan kesetaraan berperan secara terarah dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat untuk menyelesaikan pendidikan. Untuk itu maka disusunlah makalah ini untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang ini.

 

1.2        RUMUSAN MASALAH
      Rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

  • Pengertian Pendidikan Kesetaraan
  • Landasan hukum yang mengatur Pendidikan Kesetaraan
  • Macam-macam Pendidikan Kesetaraan
  • Kualitas lulusan Pendidikan Kesetaraan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia

1.3       TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

·         Memperkenalkan Program Pendidikan Kesetaraan

·         Menjelaskan hubungan Pendidikan Kesetaraan dengan Sumber Daya
Manusia

·         Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Soft Skill)

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1       Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/IMTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B, atau Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja.
2.2       Landasan Hukum dan Tujuan Penyelenggaran Pendidikan

Dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui 2 (dua)  jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Sebagaimana dijelaskan dala Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah memiliki tujuan:

  • Melayani warga blajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu pendidikannya.
  • Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkann ke tingkat dan/ jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
  • Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6) tentang Sistem Pendidikan Nasional. Paket-paket pendidikan kesetaraan dirancang untuk peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan tiga pilar kebijakan Pembangunan  Pendidikan  beserta  indikator kinerja kuncinya.  Ketiga pilar kebijakan tersebut adalah:

  • Pemerataan dan perluasan akses pendidikan,
  • Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan
  • Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Untuk perluasan akses pendidikan non-formal kesetaraan, pemerintah telah  membentuk   Direktorat  Pendidikan  Kesetaraan   yang  tadinya berupa   sub – direktorat   pada    Direktorat   Pendidikan   Masyarakat, dikukuhkan  melalui Program pendidikan  kesetaraan  telah  berperan penting dan sangat signifikan dalam   memberikan  layanan  pendidikan  bagi   mereka   yang  putus sekolah,  anak-anak   yang   kurang   mampu,  anak-anak   dari   etnis minoritas,  anak-anak  di  daerah   terpencil,  anak-anak  jalanan,  dan peserta didik dewasa.

 

2.3       Standar Kompetensi

Standar kompetensi lulusan yang ingin dicapai sama, perbedaannya pada proses pembelajaran yang menekankan pada kemampuan belajar mandiri setara memberikan akan pengakuan terhadap pengetahuan dan kecakapan hidup yang diperoleh seseorang baik secara secara mandiri atau pun dari nara sumber lain melalui sistem tes pengakuan (tes penempatan).

Kecerdasan lain disamping kecerdasan logika- matematika (cerdas bahasa,cerdas alam, cerdas musik, cerdas ruang/gambar, cerdas kinestetika, cerdas intrapersonal) dapat dihargai.

 

 

2.4       Sasaran Pendidikan Kesetaraan

Berikut ini adalah sasaran Pendidikan Kesetaraan, yaitu :

  • Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
  • Kelompok masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri dengan flexi learning seperti komunitas sekolah rumah atau komunitas e- learning.
  • Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut:
  • Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll,
  • Waktu seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya,
  • Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir,
  • Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita,
  • Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban Napza, dan anak Lapas.

2.4.1     Karakteristik Sasaran Pendidikan Kesetaraan

Kelompok Usia  15 – 44 tahun, yang terdiri dari dua kelompok :

  • Kelompok usia 13-15 tahun (3 tahun di atas usia SD/MI) terdapat 583.487 orang putus SD/MI, dan 1,6 juta lebih yang tidak sekolah SD/MI.
  • Kelompok  usia  16-18  tahun  terdapat 871.875 orang putus SMP/MTs, dan 2,3 juta lebih yang lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke SMP/MTs.

 

2.5       Tempat Belajar dan Kualifikasi Akademik Pendidikan   Kesetaraan

Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti Pusat Pelatihan, balai desa, tempat peribadatan, gedung sekolah, rumah penduduk dan tempat-tempat lainnya yang layak. Sementara penyelenggaraan dilakukan oleh satuan-satuan PNF (Pendidikan Non Formal) seperti:

  • Pusat kegiatan Belajar Masyakat (PKBM),
  • Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Kelompok Belajar,
  • Organisasi keagamaan, Pusat Majelis Taklim, Sekolah Minggu, Pondok Pesantren,
  •  Organisasi sosial Kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Yayasan badan hukum dan usaha,
  • Unit Pelaksana Teknis (UPT), Diklat di departemen-departemen lain.

Kualifikasi akademik untuk Pendidikkan Kesetaraan adalah sebagai berikut:

  • Pendidikan minimal SPG/SGO/Diploma II dan yang sederajat untuk Paket A dan Paket B, dan Diploma III untuk Paket C.
  • Guru SD/MI untuk Paket A, guru SMP/MTs untuk Paket B dan guru SMA/M Aliyah untuk Paket C.
  • Tenaga lapangan Dikmas untuk latar belakang jurusan pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran.
  • Kyai, ustadz di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan kompetensi yang sesuai dengan pelajaran yang berkaitan.
  • Nara Sumber Teknis (NST)dengan kompetensi/kualifikasi sesuai dengan mata pelajaran keterampilan yang diampunya, seperti penyuluh pertanian atau kelompok tani nelayan andalan (KTNA)

 

2.6       Macam-macam Pendidikan Kesetaraan

PAKET A:

  • Belum menempuh pendidikan di SD, dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
  • Putus sekolah dasar,
  • Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
  • Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

 

PAKET B:

  • Lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
  • Putus SMP/MTs,
  • Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
  • Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

PAKET C:

  • Lulus Paket B/SMP/MTs,
  • Putus SMA/M.A, SMK/MAK,
  • Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
  • Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial, hukum dan keyakinan)

 

2.7       Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan Dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia

 

Pendidikan dilakukan untuk meningkatkan penampilan individu (SDM)  sesuai tugas yang diembannya atau kemampuan lain yang berkaitan dengan tugas itu, serta menimbulkan motivasi kerja.

Menurut Samuelson (1995: 752) sumber daya manusia diartikan sebagai modal dalam bentuk pengetahuan teknis dan keterampilan pada suatu lingkup pekerjaan sebagai hasil inventasi dari pendidikan dan pelatihan.

Hasil pembelajaran dari Pendidikan Kesetaraan adalah hasil belajar yang diperoleh warga belajar setelah terlibat dalam proses pembelajaran dan bermanfaat bagi warga belajar untuk  meningkatkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara serta memungkinkan warga belajar memenuhi persyaratan untuk bekerja dan/atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam Pendidikan Kesetaraan, pengaruh outcome merupakan tujuan akhir dari program. Memperhatikan komponen pengaruh yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan akan tampak pada perubahan dalam aktivitas kegiatan lulusan dalam mengaplikasikan hasil pembelajaran yang telah diikuti dalam kehidupannya pada lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam lingkungan kerjanya.

Pengaruh tersebut meliputi :

  • Perubahan taraf hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau berwirausaha
  • Membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan
  • Peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana

 

Dalam Pendidikan Program Paket, dampak yang diperoleh kelulusan setelah mengikuti pembelajaran diantaranya, yaitu :

  • Adanya kedisiplinan dalam mengikuti pekerjaan, bekerja sesuai dengan aturan dan tata tertib di lapangan
  • Pengembangan diri, termasuk di dalamnya ada peningkatan belajar mandiri, kemampuan untuk menjalin komunikasi dengan atasan maupun dengan rekan kerja, ramah, terbuka dan adanya partisipasi di lingkungan kerja.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1       Kesimpulan

Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan luar sekolah bertujuan untuk memberikan kemampuan berupa pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang mrnghasilkan perubahan tingkah laku yang berlangsung pada diri individu sebagai hasil pembelajaran setelah mengikuti program tersebut.

Kualitas lulusan Program Paket yang dihasilkan adalah memiliki pengetahuan setingkat dengan jalur paket yang dipelajari, selain itu juga memberikan perubahan sikap pada lulusan siap kerja, serta memiliki kemampuan dalam bidang yang ditekuni terutama pada  peningkatan kemampuan berkomunikasi dalam partisipasi sosial.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.imadiklus.com/2012/10/pengertian-dan-konsep-dasar-program-pendidikan-kesetaraan-paket-a-b-dan-c.html

http://talpeg.files.wordpress.com/2009/10/nomor_3_2008.pdf

http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/14/mengenal-pendidikan-kesetaraan/

http://arminaven.blogspot.com/2011/06/pendidikan-kesetaraan-program-kejar.html

http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/component/content/article/5-informasi/21-pendidikan-kesetaraan.html